RINGKASAN
LAPORAN ILMIAH
EKSPEDISI
EKSPLORASI FAUNA DAN EKOWISATA INDONESIA (RAFFLESIA 2017)
“Eksplorasi
Keanekaragaman Hayati Flora dan Fauna Serta Pengembangan Ekowisata Berbasis
Sosial Masyarakat sekitar Cagar Alam Leuweng sancang,kabupaten Garut, Provisi
Jawa Barat”
Deskripsi
Ekspedisi RAFFLESIA 2017
Eksplorasi Fauna Flora Dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) merupakan kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata (HIMAKOVA), fakultas kehutanan , Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berbentuk kegiatan eksplorasi keanekaragaman hayati, Inventarisasi potensi ekowisata dan kajian social budaya masyarakat lokal untuk menghasilakan sebuah rekomendasi yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan kawsan termasuk pelestarian fungsi kawasan ekosistem. Kegiatan RAFFLEISA memfasilitasi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapatkan di perkuliahan maupuun pendalaman melalui kelompok pemerhati (KP). Selain itu , kegitan ini juga menjadi sarana untuk mnjalin hubungan dengan pengeloa kawasan konservasi sebagai wujud tridharma perguruan tinggi . kegiatan RAFFLESIA telah terlaksana sebanyak 9 kali pada kawasan konservasi di Indonesia . pada tahun 2017 kegiatan RAFFLESIA di selenggarakan melalui kerjasama dengan Cagar Alam Leuwung Sancang dan Balai BKSDA Jawa Barat.
Eksplorasi Fauna Flora Dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) merupakan kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata (HIMAKOVA), fakultas kehutanan , Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berbentuk kegiatan eksplorasi keanekaragaman hayati, Inventarisasi potensi ekowisata dan kajian social budaya masyarakat lokal untuk menghasilakan sebuah rekomendasi yang berkaitan dengan pengembangan dan pengelolaan kawsan termasuk pelestarian fungsi kawasan ekosistem. Kegiatan RAFFLEISA memfasilitasi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang didapatkan di perkuliahan maupuun pendalaman melalui kelompok pemerhati (KP). Selain itu , kegitan ini juga menjadi sarana untuk mnjalin hubungan dengan pengeloa kawasan konservasi sebagai wujud tridharma perguruan tinggi . kegiatan RAFFLESIA telah terlaksana sebanyak 9 kali pada kawasan konservasi di Indonesia . pada tahun 2017 kegiatan RAFFLESIA di selenggarakan melalui kerjasama dengan Cagar Alam Leuwung Sancang dan Balai BKSDA Jawa Barat.
2. Pelaksanaan
kegiatan
Kegiatan Ekspedisi RAFFLESIA 2017 dilaksanakan pada tanggal
17-27 Januari 2017. Kajian ekologi (flora da fauna) dilaksanakan di tipe tipe
ekosistem yang menjadi focus dalam kajian ini yaitu hutan mangrove , hutan
pantai, dan hutan dataran rendah, sedangkan kajian social budaya masyarakat
dilaksanakan di Desa Sancang dan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten
Garut, Provinsi Jawa Barat
3.
Kajian ekologi
3.1 Kajian
fauna
3.1.1
Inventarisasi Mamalia
Kegiatan
Inventarisasi mamalia menggunakan metode pengamatan langsung yang terdiri
darimetode transek garis (line transect) dan
pengamatan cepat (rapid assesment)
serta pengamatan tidak langsung yaitu dega penggunaan perangap (trapping) dan metode kabut (misnetting). Hasil inventarisasi di
ekosistem hutan mangrove,hutan pantai, dan hutan dataran rendah, ditemukan
seanyak 14 jenis mamalia dari 10 famili dengan 7 jenis yang di lindungi
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 dan 10 jenis termasuk Appendix CITES (Convention on international Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Beberapa jenis mamalia yang
ditemukan di Cagar Alam Leuweng Sancang yang dilindungi PP No. 7 Tahun 1999
yaitu Owa jawa (Hylobates Moloch),
lutung budeng ( Trachypithecus auratus)
surili ( presbytis comate ), kukang (nycticebus javanicus), jelarang ( Ratufa bicolor). Appendix II, maupun
Appendix III dan termasuk kedalam jenis jenis yang terancam menurut IUCN
Redlist.
3.1.2
Inventarisasi Burung
Kegiatan
Inventarisasi burung menggunakan kombinasi dari metode point count dan daftar
jenis MacKinnon. Hasil inventarisasi mendapatkan 76 jenis burung dari 31
famili. Jenis dari burung falmili alcedinidae paling sering ditemukan di ketiga
lokasi pengamatan yaitu sebanyak 7 jenis. Beberapa jenis burung endemik jawa
ditemukan di habitat ini, yaitu takur tulung tumpuk (Magalaima nigrorufus). Habitat burung di CA Leuweung Sancang
tergolong baik karena masih ditemukan jenis konsumen tingkat teratas dalam
rantai makanan yaitu jenis elang laut perut putihh (haliaeetus leucogaster) elang ular bido (Spilornis cheela), elang
alap nipon (accipiter gularis), dan
elang jawa (Spizaetus bartelsi ).
Dalam sebuah ekosistem ,raptor mempunyai peranan penting sebagai pemangsa
puncak (top predator) untuk
mengontrol popolasi mangsanya. Selain itu, keberadaannya dapat juua sebagai
indicator kondisi sebuah ekosistem karna jenis ini peka terhadap perubahan
lingkungan.
3.1.3
inventrisasi
Herpetofauna
Metode yang digunakan dalam pengamatan herpetofauna adalah Visual
Encounter Survey (VES). Metode yang dikombinasikan dengan VES adalah metode
transek, metode random walk design, dan metode pasif glue trap. Pengamatan yan
dilakukan di 3 tipe ekosistem yaittu ekosistem hutan pantai, ekosoistem hutan
daratan rendah , dan akuatik di temukan sebanyak 30 jenis herpetofauna yang
terdiri dari 12 famili dengan rincian sebanyak 11 jenis amfibi dan 19 jenis
reptil. Jenis dominan yang terdapat di CA Leuweung Sancang yaitu jenis Chalcorana
chalconoto.Sementara penyebaran Polypedates leucomystax menyebar merata pada
ekosistem akuatik, hutan pantai, dan hutan dataran rendah. Terdapat satu jenis
yaitu (limnonectes macrondon) memiliki status VU (vulnerable) yang rentan terhadap pemanfaatan yang berlebihan atau
degradasi habitat karena trend
populasinya yang terus menerus sehingga dikhawatirkan dalam waktu cepat menuju
proses kepunahan. Pada salah satu ekosistem , yaitu ekosistem hutn dataran r
endah , ditemukan satu jenis katak dari famili Rhacophoridae yaitu polypedates macrotis yang berdasarkan
persebarannya hanya di temukan di Kalimantan dan Sumatra . Menurut IUCN red list katak ini tidak tersebar di
pulau jawa. Katak ini secara umum menyerupai Polypedates leucomstax dengan ciri khusus garis hitam memanjang
dari belakang mata menutupi timpanum. Seperti spesies Polypedates lainnya, kaki
belakang yang luas berselaput.
3.1.4
Inventarisasi Kupu-Kupu
Metode yang digunakan dalam inventarisasi kupu-kupu adalah metode time search yang dilakukan pada 3 tipe
habitat, yaitu lahan terbuka, hutan riparian, dan hutan tertutup. Waktu
pengambilan data dilakukan mulai pukul 08.00 – 12.00 WIB berdasarkan waktu
aktif kupu- kupu. Jumlah kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 87 jenis kupu-kupu
yang terdiri dari 412 individu terbagi
kedalam lima famili yaitu Papilionidae, Nymplialidae, pieridae, Lycanidae, dan
Hesperiidae. Komposisi jenis kupu kupu palinng banyak dijumpai pada tipe
habitat lahan terbuka sedangkan komposisi
jenis kupu-kupu palinng sediki pada tipe habitat riparian. Ketika tipe habitat
penelitian memliki jenis kupu-kupu dominan yang berbeda.pada tipe habitat lahan
terrbuka didominasikan oleh jenis Catopsilia
Pomana y yang berasal dari familli pieridae, sedangkan pada tipe habitat
riparian didominasikan oleh kupu-kupu
jenis Papilio Peranthus dari
famili Papilionidae, dan pada tipe habitat lahan tertutup di dominasikan oleh
jenis Ideopsis juventa dari famili
Papilionidae terdapat tiga jenis kupu-kupu yangdilindungi undang undan dan
peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang perlindungan keanekaragama Hayati
yaitu Troides cuneifera Troides amphysus dan Troides Helena.
3.2 Kajian
Flora
Inventarisasi keanekaragaman spesies tumbuhan dilakukan
dengan analisis vegetasi meggunakan metode jalur berpetak, sedangkan metode
analisis habitat yang di gunakan untuk mendapatkan data kondisi habitat dan
jenis tumbuhan yang ada disekitar RAFFLESIA
PATMA dan Shorea Javanica. Hasil
analisis vegetasi yang dilakukan pada tipe tipe ekosistem menunjukan bahwa
terdapat 146 jenis tumbuhan pada huan dataran rendah, 107 jenis pada hutan
pantai dan 7 jenis pada hutan mangrove.
Pada ekosistem hutan dataran rendah, jumlah individuu
terbanyak yaitu jenis Gajahan (Heliotropium
Indicum) pada tingkat semai jenis lapis kulit (kibessia azurea) pada tingkat pancang , jenis mancaranga tananius dan lapis kulit (kibessia azurea) pada tiang dan jenis Teurep ( Artocarpus elastic)
pada pohon. Sedangkan pada ekosistem hutan pantai, jumlah pada individu
terbanyak yaitu jenis Ki Balanak (Avicennia officanalis) pada tingkat semai,
jenis langkap (Tinosmicium petiolare) pada tingkat pancang, jenis Tenggek caah
(Nauclea pallid) pada tingkat tiang dan jenis Brogondolo (Hernandia Peltata)
serta singalawang pada tingkat pohon.
Analisis
habitat sekitar pohon Shorea javanica telah ditemukan 32 jenis tumbuhan yang
dibedakan dalam tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah 10 jenis , pacang
9 jenis , tiang 8 jenis , dan 11 jenis pohon. Sedangkan analisis habitat
sekitar rafflesia atma menunjukan bahwa terdapat 39 jenis tumbuhan dengan
jumlah pohon sebanyak 156 pohon.
Tidak ada komentar:
Write komentar